Skip to main content

Beserah bukan Menyerah*

*Beserah bukan Menyerah*

Deburan ombak...
Angin yg berdesir...
Matahari senja yg sedikit tertutup awan...
Kemilau di antara langit jingga...
Dan bayangan seorang wanita yang berdiri ditepi laut terhanyut dalam renung...

Dibawah pohon beralaskan pasir putih, kududuk sambil memandang lautan sunyi...
Ahk...
Benar benar sepi...
aku tak tahu apa lagi yang harus lakukan tuk meyakinkan diri ini...
agar tak hanya berdiri di atas duka dan dibawah duri yang melukai...

Kilauan cahaya mentari menembus disela awan...
aku memalingkan wajahku...
Ranting kering itupun hanyut ditarik ombak lalu sang ombak menghempas kuat hingga ranting itupun kembali kedaratan...
suasana menjadi kosong dan hampa...

kehidupan membuatku semakin ingin berhenti berfikir saat ini....
diam bungkam membisu...
tatapanku diujung lautan luas yang hampa...
suara deburan ombak itu seperti dentuman bom yang menghajar isi kepalaku...
lalu ku pejamkan mata dan rebah kepalaku di atas pasir putih...

mata yang terpejam ini enggan tuk melihat langit-langit biru yang terhalang daun-daun rimbun...
yang tersisa dipikiran ini hanya pahatan-pahatan doa-doa yang sederhana di ruang otak...
berusaha mengosongkan kepenatan agar hidup ini terus berlanjut tanpa setitik keburukan...
seperti ranting yang ditarik oleh ombak lalu ombak itu menghempaskan ranting itu kembali ke daratan...
setetes beningpun mengalir dari mata melaju pesat menyentuh pasir putih di Bumi yang ikut bersedih...


senjapun datang...
jingga dan semua warna menyatu tatkala Matahari mulai tenggelam diujung lautan...
ku buka mata dan duduk kembali bersender di batang pohon yang rindang...
kepenatan itu belum hilang walau sedikit berkurang...
perlahan kepenatan itu pun ikut menghilang ditelan suasana surya yang tenggelam...
lalu pahatan-pahatan doa-doa yang sederhana di otak semakin bersinar terpanjatkan dari kedua tangan yang mengadah serta mulut yang mengucap memohon segala sesuatu dan berserah diri hanya pada-Nya...

Allah Subhanahu Wa Ta'alaa... Engkau Maha Hebat dan Maha Segalanya...
Engkau-lah Allah Tuhan-ku...
kuserahkan segala urusan yang telah aku usahakan di dunia ini kepada-Mu...
dan aku akan menjalani kehidupanku sesuai takdir-Mu...
lalu ketika di ujung waktu, aku akan menyerahkan seluruh jiwa raga ciptaan-Mu kembali inshaa Allah utuh dan suci kepada-Mu. 

Bismillah
Allahumma inni as'aluka Husnul Khatimah...
Allahummarzuqni Taubatan Nasuha Qoblal Maut...
Allahumma ya Muqollibal Quluub tsabit Qolbi'ala Diinaka...
Aamiin 





Comments

Popular posts from this blog

Dalam sebuah perjalanan di Gunung Papandayan Ba'da kelar SMA 1997' silam. :). mengenang Alm.Darwin

*Ext.Pagi Dinihari jam 02:30 Dinihari di Terminal Garut. kami berlima turun dari Bis yang mengantar kami dari terminal Kampung Rambutan dari sejak sore hingga sampai ke Terminal Garut pagi-pagi buta Pukul 02:30, aku Erick Maulana, my best friends Darwin (alm), Aphet Trujillo, Keke, dan sikampret Aco Macho, turun dengan wajah masih setengah sadar karena mengantuk. ketika didepan terminal seperti biasa kami mengecek alat-alat bawaan, Aco Macho tampak celingukan lalu memandang Keke. Aco Macho: " (memandang Keke) Ke, gitar udeh dibawa belum?" Keke: " Oh iye, Co, gw lupa beneran dehc!" Aco Macho: "(sambil nyengir cengengesan) si beg* :D , gitar pake acara ketinggalan diBis, (sambil berdiri memandang Bis yang baru diparkir) ayo, Ke... kita ambil ke bis! Erick Maulana: " (nyengir) tau luh, Ke... gitar abang gw tuh, gw minjem sama die ampe matanya melotot, tapi akhirnye dipinjemin juga tuh gitar, ambil cepetan, Ke, Co!" Aphet Tru

* WARNA DUNIA DARI MASA KE MASA *

setiap langkah kehidupan adalah nyata... ketika terjadi kadang seperti mimpi... masa lalu terasa sangat dekat... dan masa depan terasa sangat jauh... pada suatu masa aku melihat ribuan orang berteriak keadilan diatas mimbar beralaskan mobil pick up terbuka... wajahnya merah diantara menahan marah atau kepanasan karena sengatan matahari yang terik panas saat itu... hatinya berkobar kobar terlihat dari cara bicaranya yang keras... jiwanya meronta-ronta ketika terasa memang harus mengeluarkan segala masalah yang menggangu bathin dan hidupnya beserta suatu kaum yang tertindas... namun semuanya pupus terhalang tembok berpagar kawat dan hempasan air yang mendorong tubuh tubuh tanpa daya, bahkan terhujam oleh peluru peluru yang mengeluarkan asap pedas dimata... ya, mereka sedih... ya, mereka berduka karena merasa terbuang dan terbungkam oleh tirani yang sedang mabuk dunia... lalu terlihat mereka meluruskan kakinya dan menyenderkan tubuh dan kepalanya pada sebuah tembok sambil mengusap keringa