Skip to main content

Posts

Beserah bukan Menyerah*

*Beserah bukan Menyerah* Deburan ombak... Angin yg berdesir... Matahari senja yg sedikit tertutup awan... Kemilau di antara langit jingga... Dan bayangan seorang wanita yang berdiri ditepi laut terhanyut dalam renung... Dibawah pohon beralaskan pasir putih, kududuk sambil memandang lautan sunyi... Ahk... Benar benar sepi... aku tak tahu apa lagi yang harus lakukan tuk meyakinkan diri ini... agar tak hanya berdiri di atas duka dan dibawah duri yang melukai... Kilauan cahaya mentari menembus disela awan... aku memalingkan wajahku... Ranting kering itupun hanyut ditarik ombak lalu sang ombak menghempas kuat hingga ranting itupun kembali kedaratan... suasana menjadi kosong dan hampa... kehidupan membuatku semakin ingin berhenti berfikir saat ini.... diam bungkam membisu... tatapanku diujung lautan luas yang hampa... suara deburan ombak itu seperti dentuman bom yang menghajar isi kepalaku... lalu ku pejamkan mata dan rebah kepalaku di atas pasir putih... mata yang terpejam ini enggan tuk me
Recent posts

* Pengalaman itu bermakna untuk diri sendiri *

               Saat itu tahun 1996 dimana diriku masih SMA, sebenarnya tiada niat sedikitpun dihatiku untuk ikut Ekstrakulikuler apapun saat itu, pada suatu kesempatan akhirnya aku iseng ikut teman-teman Ekstrakulikuler Pecinta Alam di SMA yang melakukan Dikdas (pendidikan dasar) di Gunung Gede-Pangrango Bogor Jawa-Barat Via Cibodas, waktu itu segala ijin tidak begitu seribet sekarang, dan berangkatlah pasukan pecinta alam sekolah sekitar 45 orang mendaki keatas Gunung Gede - Pangrango. kami berangkat setelah Sholat Maghrib sekitar jam setengah 7 malam. Asli itu pertama kali aku hiking dan dikasih kepercayaan sebagai seorang leader pada satu kelompok yang terdiri dari 7 kelompok, kalau gak salah seingatku waktu itu dijadikan leader dikelompok 4, wah... berat dan ribet juga jadi leader, disitu kita diharuskan bertanggung jawab kepada group (kelompok) yang kita pimpin. Singkat cerita akhirnya aku dan teman-teman kelompok 4 mulai menapakkan kaki berjalan menyusuri hutan Gunung Gede-Pangra

* Seorang Pria disaat senja dan Gulma yang dirindukan*

terhempas dalam hening... disaat surya mulai menutup hari... sejuk angin pegunungan mendesir menerpa wajah dan tubuh seorang pria yang kian rapuh... usia tak lagi muda... namun dirinya tak pernah memperlihatkan kerapuhannya... tetap berusaha berdiri tegar... terus menatap dan meraih asa didepannya yang kian mendekati ujung senja... di atas puncak gunung itu seorang pria setengah baya bungkam seribu bahasa... terkadang menundukan kepala dengan arah tatapan mata tepat di tanah yang dipijaknya... sesaat dia bergumam... "ketika diujung senja, aku akan terkubur didalam tanah ciptaan-Mu dengan tubuh dingin membeku yang hanya berlapiskan kafan, tiada yang kubawa kecuali kebaikan dan keburukanku, dan hanya kepada-Mu ya, Rabb... hamba-Mu ini berserah diri dan kembali." pria itu mendesah dan berkata,"AllahuAkbar!" gulma gulma yang indah yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh kehidupan menghiasi bukit-bukit hijau yang berundak, di ujungnya ada bias sinar surya yang hampir teng

*dan warna warni senja itupun menghilang*

Angin yg berhembus menerpa daun daun hingga daun daun itupun bergerak sendu... Sayup terdengar suara bising itu mulai meredup ketika petang mulai menampakan jingga menuju senja... anak anak kecil dipanggil oleh Ibunya untuk segera meneduh digubuk gubuknya... Menghiraukan mitos mitos antara ada dan tiada... Awan awan yang berubah warna karena sinar sang Surya kian menundukkan kebanggaannya menunduk dikesejukan tirai tirai keindahan corak hidup dunia yang sesungguhnya... Disudut jalan sana ada yang tertunduk dan merenung lalu menengadahkan wajah menatap semu langit langit cerah yang memang tak peduli akan nasib nasib mahluk cipta-Nya... Mereka sesekali memaki, dan sesekali berdoa... Tak dipungkiri, kehidupan memang seperti menari dan bernyanyi dalam kesedihan... Kehidupan mencoba menghibur atas kehadiran wajah wajah sunyi senyap yg enggan berbicara karena keadaan didalam ketidak pastian... Ketika terlintas kehadiran-Nya dalam benak hati, manusia manusia itu perlahan mencoba tuk tersenyum

*Cakrawala yg terhempas waktu*

Tergambar indah guratan senja Sang Maha Pencipta diujung Timur dan Barat, hingga menebar kesegala penjuru dunia... Beserta riuhnya tulisan Takdir Sang Maha Penentu kehidupan untuk mahluk mahluk ciptaan-Nya, yang hanya pasrah atas segala nasib yang telah diusahakannya disetiap langkah hari, mengikuti waktu dari membuka mata hingga terpejam... Ada yang tertawa, ada yang menangis, ada yang termenung diujung jalan sesekali meludah dipinggir trotoar, tatkala dia muak dengan segala kemunafikan manusia manusia yang katanya manusiawi... Apakah seorang tukang becak tak sama dihadapan Allah dengan para jutawan?... Apakah seorang pemulung tidak sama dihadapan Allah dengan para pejabat?... Yang membedakan adalah keadilan atas nasib manusia ketika dihadapkan kepada hitam dan putih kehidupan dari-Nya, ketika iman serta hatinya yang rapuh harus bermain diantara kedua sifat kehidupan tersebut. Seperti Cakrawala yang indah dan megah di Ufuk Timur hingga Barat, tak mau tahu akan sisi hitam d

*sampah di atas piring*

Tembakau itu mau habis... Sayang lagi nikmat nikmatnya walau dikit lagi jadi puntung... Hisap saja sampai sisa dan Baranya hampir menyentuh bibir... Setelah bibir agak mulai panas lalu matikan tembakau itu diatas piring bekas makanmu!... Seperti kebiasaan buruk... Padahal piring itu tempat makanmu... Kau perlakukan piring itu sebagai tempat sampah juga... Ahk.. kalau sudah kebiasaan mau di apain lagi... Melarang saja mungkin akan berkali kali mulut ini mengoceh... Menyentuh tapi tak tersentuh... aku melihat bibir bibir dan hati yg kotor sedang menari dipikiran yg katanya sang pemikir... Padahal yg terus berfikir malas berlari lari memutar pikirannya yg semu... Tanpa melihat keadaan yg sebenarnya mereka selalu berfikir tak tentu arah dari segala penjuru tanpa memperhatikan jiwa jiwa lusuh yg kadang tanpa kendali... Pada awalnya disentuh, namun ketika merasa berbalik tersentuh bagai sebuah piring bekas makan yg dibuat untuk tempat sampah... Pusing juga lihat kehidupan, yg ter

"Risau"..? Desember'2020

Melingkari hari demi hari... Sesaat seperti buntu..  Seperti tiada ruang yg lapang lagi dihari esok dan esok... Hati gundah dihimpit luasnya pemikiran tak berujung... Semakin dalam semakin larut dalam kerenggangan antara sisi satu dan lainnya... Melihat Bumi seperti enggan untuk kita pijak lagi... Kalian pasti tau apa yang aku risaukan... Ketika Bumi seakan enggan untuk dipijak lagi... Maka tiada lagi yg akan kita lakukan kecuali berdiam diri hingga menunggu Bumi itu hancur luluh lantah, ataupun jasad yg kian renta mengikuti langkah takdir hingga menuju kematian... Memandangi wabah yg berkepanjangan... Mengubah segala kebiasaan yg telah ditentukan oleh Sang Khaliq... Disitulah letak kesedihan dan risauku... Tak menutup diri, aku ingin memaksa kaki ku yang sudah lelah tuk berpijak diatas Bumi lagi... Walau Bumi seakan menangisi jejak jejak manusia yg melakukan keburukan dan kebaikannya diatas tanah-nya... Ya, Allahu ya, Rabb...  'Engkau' menciptakan langit dan Bumi beserta semes