Skip to main content

* Pengalaman itu bermakna untuk diri sendiri *


            Saat itu tahun 1996 dimana diriku masih SMA, sebenarnya tiada niat sedikitpun dihatiku untuk ikut Ekstrakulikuler apapun saat itu, pada suatu kesempatan akhirnya aku iseng ikut teman-teman Ekstrakulikuler Pecinta Alam di SMA yang melakukan Dikdas (pendidikan dasar) di Gunung Gede-Pangrango Bogor Jawa-Barat Via Cibodas, waktu itu segala ijin tidak begitu seribet sekarang, dan berangkatlah pasukan pecinta alam sekolah sekitar 45 orang mendaki keatas Gunung Gede - Pangrango. kami berangkat setelah Sholat Maghrib sekitar jam setengah 7 malam. Asli itu pertama kali aku hiking dan dikasih kepercayaan sebagai seorang leader pada satu kelompok yang terdiri dari 7 kelompok, kalau gak salah seingatku waktu itu dijadikan leader dikelompok 4, wah... berat dan ribet juga jadi leader, disitu kita diharuskan bertanggung jawab kepada group (kelompok) yang kita pimpin. Singkat cerita akhirnya aku dan teman-teman kelompok 4 mulai menapakkan kaki berjalan menyusuri hutan Gunung Gede-Pangrango tersebut, hingga kami berhenti pada suatu persimpangan dimana ada tanda ke kiri menanjak kepuncak Gunung Gede sedangkan yang lurus kearah bawah menuju ke air terjun Cibereum, kita mengambil istirahat 2 menit di shelter yang disediakan dipersimpangan jalan itu. lalu kami melanjutkan perjalanan lagi hingga kami berhenti lagi pada jalur nanjak yang agak membingungkan diantara kedua jalur tersebut, akhirnya aku putuskan agar teman-teman kelompok 4 menunggu sebentar ditempat itu sedangkan aku sendiri yang naik kearah kanan jalan untuk mencari tahu bahwa itu jalur setapak yang benar biasa dilalui para pendaki, aku langsung berjalan menapak batu-batuan hingga melihat sebatang kayu yang menghalangi jalan dan harus menundukkan kepala ketika melewatinya (kalau gak nunduk kepala benjol) lalu aku menunduk dan melewati batang kayu tersebut, ketika melanjutkan beberapa langkah lalu sama terdengar suara yang memanggilku, tepat suara itu seperti berbisik ditelinga aku beserta angin yang menyentuh kuping, dan benar itu sempat membuatku merinding tapi akhirnya kutepis suara-suara itu dengan dzikir dan berpikir positif terhadap situasi ditempat itu, didepanku ada jalur menanjak lalu aku melanjutkan menapakkan kaki dijalur itu menuju keatas, aku yakin benar bahwa itu jalur yang biasa dilalui para pendaki, lalu tiba-tiba suara itu tepat dekat dikupingku memanggil namaku berdesir seperti bibir menyentuh kuping, dalam hatiku berkata," ahk, gak beres nih!" lalu ku putuskan untuk balik turun ketempat teman-teman yang menunggu dibawah. Setiba dibawah, dengan tenang aku langsung berkata kepada teman-teman," sorry kelamaan, kita jalan bareng aje yuk, kayaknye ini benar jalur yang biasa dilewati para pendaki!" teman-teman kelompok 4 menganggukkan kepala tanda setuju, lalu kami melanjutkan perjalanan hingga melewati air air panas dimana sebelah kanannya terdapat jurang yang terjal hingga kami berhenti di shelter kandang batu untuk istirahat selama 5 menit. Gak lama berselang tiba-tiba ada salah satu teman dari kelompok lain yang bercerita bahwa pertama kali naik Gunung Gede tepat dikandang batu yang kami singgahi ini dia pernah melihat orang tua berbaju putih sedang dalam posisi tapa diatas batu, terus terang aku masih gak percaya sama hal gituan, akhirnya kami melanjutkan perjalanan sampai shelter kandang badak dimana kami istirahat saat itu disana berkumpul bersama kelompok lainnya.

Malam itu di Pos Kandang Badak begitu tenang, hanya beberapa orang diluar tenda didepan api unggun yang memanaskan teko yang berisi air untuk beberapa cangkir kopi susu dan teh, aku menghmpiri api unggun itu untuk menghangatkan tubuhku, lalu berkata kepada tiga orang yang didepan tenda tersebut," Assalamu'alaikum, maaf bang saya numpang duduk disini hangatkan badan (sambil tersenyum)"... lalu salah satu dari mereka menjawab," Ooh, silahkan bang, sekalian kita ngopi bareng (kata mereka sambil tersenyum)". aku langsung duduk didekat api unggun tersebut, lalu salah satu dari ketiga orang tersebut menghampiri sambil memberikan secangkir kopi susu hangat dan berkata," (sambil tersenyum) nih, bang kopsusnya, (sambil menunjuk ke arah Ubi bakar dan singkong yang dibakar di api unggun) tapi singkongnya belum mateng ya bang, masih dibakar, tuh, di api unggun!"... aku memandang singkong dan ubi di api unggun tersebut dan berkata," (sambil menganggukan kepala) Ooo, ya bang, gak apa-apa bang, (sambil nyengir)kopi susu ini saja saya sudah berterima-kasih banget!"... lalu aku dan ketiga orang itu lanjut mengobrol sambil menikmati malam yang dingin di Pos terakhir untuk menuju Puncak Gunung Gede tersebut. 

sekitar Jam 05:00 pagi, aku terbangun dengan posisi tubuh tertidur dipinggir pohon besar depan api unggun, terlihat beberapa kawan sedang mempersiapkan diri untuk menanjak menuju puncak Gunung Gede, akupun langsung mengepack barang diranselku dan langsung menuju ke tempat kawan-kawanku... Doni seniorku melihatku berdiri didepannya dan Doni berkata," masih kuat, Rick?... masih sehatkan?... akupun menjawab sambil menganggukkan kepala," inshaa Allah masih sehat dan kuat, bang!"... Doni berkata lagi," kelompok luh kelompok empatkan, ya... udah kumpul semua belum?"... aku langsung menghitung jumlah teman-teman satu kelompokku, jumlahnya sudah pas 4 orang, wahyuni, dedi, leni, yuda, kalau leader gak usah dihitung ya, hehehe... lalu kami langsung diintruksikan untuk jalan pertama menuju puncak Gunung Gede.

Jam menunjukkan pukul 05:45, kami menghentikan langkah sejenak sambil memandangi tanjakan yang berupa tanah dan bebatuan, Alhamdulillah masih ada tali yang membantu kami untuk melewati tanjakan yang kata orang-orang sekitar itu dinamakan tanjakan setan, tinggal sedikit lagi kami tiba di Puncak Gunung Gede, setelah team 4 sudah melewati tanjakan setan, lalu kami melanjutkan perjalanan kami menuju Puncak Gunung Gede.

Jam menunjukkan pukul 06:00, tinggal selangkah lagi kaki kami menapak di Puncak Gunung Gede, dan Alhamdulillah kami kelompok 4 dan teman-teman team lainnya selamat sampai puncak Gunung Gede tanpa kekurangan apapun ditubuh. hanya letih yang akhirnya terlupakan ketika kita takjub akan indahnya ciptaan-Nya... aku duduk dibibir tanah yang dibawahnya terdapat kawah, sambil menikmati pesona panorama sekitar Gunung Gede, sesekali menundukkan kepala karena tersadar bahwa kita memang kecil di semesta ini... hilanglah kesombongan diri, dan keindahan ini tidak bisa dibeli dengan uang beratus, beribu, bahkan berjuta dan sebanyak uang berapapun itu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan alam ini agar kita bisa sadar diri, dan bisa mawas diri. yang pasti kita hidup didunia hanya sekali, nikmati dan bersyukurlah akan karunia ciptaan-Nya selalu. itulah pengalamanku pertama kali naik Gunung. biasa aja ceritanya, tapi semuanya pasti bermakna untuk kalian kalian ketika melakukan hal yang tidak biasa kalian lakukan selama didunia ini.

" SALAM RIMBA"




Comments

Popular posts from this blog

Dalam sebuah perjalanan di Gunung Papandayan Ba'da kelar SMA 1997' silam. :). mengenang Alm.Darwin

*Ext.Pagi Dinihari jam 02:30 Dinihari di Terminal Garut. kami berlima turun dari Bis yang mengantar kami dari terminal Kampung Rambutan dari sejak sore hingga sampai ke Terminal Garut pagi-pagi buta Pukul 02:30, aku Erick Maulana, my best friends Darwin (alm), Aphet Trujillo, Keke, dan sikampret Aco Macho, turun dengan wajah masih setengah sadar karena mengantuk. ketika didepan terminal seperti biasa kami mengecek alat-alat bawaan, Aco Macho tampak celingukan lalu memandang Keke. Aco Macho: " (memandang Keke) Ke, gitar udeh dibawa belum?" Keke: " Oh iye, Co, gw lupa beneran dehc!" Aco Macho: "(sambil nyengir cengengesan) si beg* :D , gitar pake acara ketinggalan diBis, (sambil berdiri memandang Bis yang baru diparkir) ayo, Ke... kita ambil ke bis! Erick Maulana: " (nyengir) tau luh, Ke... gitar abang gw tuh, gw minjem sama die ampe matanya melotot, tapi akhirnye dipinjemin juga tuh gitar, ambil cepetan, Ke, Co!" Aphet Tru

Beserah bukan Menyerah*

*Beserah bukan Menyerah* Deburan ombak... Angin yg berdesir... Matahari senja yg sedikit tertutup awan... Kemilau di antara langit jingga... Dan bayangan seorang wanita yang berdiri ditepi laut terhanyut dalam renung... Dibawah pohon beralaskan pasir putih, kududuk sambil memandang lautan sunyi... Ahk... Benar benar sepi... aku tak tahu apa lagi yang harus lakukan tuk meyakinkan diri ini... agar tak hanya berdiri di atas duka dan dibawah duri yang melukai... Kilauan cahaya mentari menembus disela awan... aku memalingkan wajahku... Ranting kering itupun hanyut ditarik ombak lalu sang ombak menghempas kuat hingga ranting itupun kembali kedaratan... suasana menjadi kosong dan hampa... kehidupan membuatku semakin ingin berhenti berfikir saat ini.... diam bungkam membisu... tatapanku diujung lautan luas yang hampa... suara deburan ombak itu seperti dentuman bom yang menghajar isi kepalaku... lalu ku pejamkan mata dan rebah kepalaku di atas pasir putih... mata yang terpejam ini enggan tuk me

* WARNA DUNIA DARI MASA KE MASA *

setiap langkah kehidupan adalah nyata... ketika terjadi kadang seperti mimpi... masa lalu terasa sangat dekat... dan masa depan terasa sangat jauh... pada suatu masa aku melihat ribuan orang berteriak keadilan diatas mimbar beralaskan mobil pick up terbuka... wajahnya merah diantara menahan marah atau kepanasan karena sengatan matahari yang terik panas saat itu... hatinya berkobar kobar terlihat dari cara bicaranya yang keras... jiwanya meronta-ronta ketika terasa memang harus mengeluarkan segala masalah yang menggangu bathin dan hidupnya beserta suatu kaum yang tertindas... namun semuanya pupus terhalang tembok berpagar kawat dan hempasan air yang mendorong tubuh tubuh tanpa daya, bahkan terhujam oleh peluru peluru yang mengeluarkan asap pedas dimata... ya, mereka sedih... ya, mereka berduka karena merasa terbuang dan terbungkam oleh tirani yang sedang mabuk dunia... lalu terlihat mereka meluruskan kakinya dan menyenderkan tubuh dan kepalanya pada sebuah tembok sambil mengusap keringa