Tergambar indah guratan senja Sang Maha Pencipta diujung Timur dan Barat, hingga menebar kesegala penjuru dunia...
Beserta riuhnya tulisan Takdir Sang Maha Penentu kehidupan untuk mahluk mahluk ciptaan-Nya, yang hanya pasrah atas segala nasib yang telah diusahakannya disetiap langkah hari, mengikuti waktu dari membuka mata hingga terpejam...
Ada yang tertawa, ada yang menangis, ada yang termenung diujung jalan sesekali meludah dipinggir trotoar, tatkala dia muak dengan segala kemunafikan manusia manusia yang katanya manusiawi...
Apakah seorang tukang becak tak sama dihadapan Allah dengan para jutawan?...
Apakah seorang pemulung tidak sama dihadapan Allah dengan para pejabat?...
Yang membedakan adalah keadilan atas nasib manusia ketika dihadapkan kepada hitam dan putih kehidupan dari-Nya, ketika iman serta hatinya yang rapuh harus bermain diantara kedua sifat kehidupan tersebut.
Seperti Cakrawala yang indah dan megah di Ufuk Timur hingga Barat, tak mau tahu akan sisi hitam di sisi Utara serta Selatan...
Namun kemegahan itu hanya singgah ketika Matahari mulai Bersinar hingga tenggelam, setelahnya Surya terbenam, rona warna yang indah itu akan hilang perlahan lalu menjadi gulita, yang menghiasi langit hanyalah Sang Bulan yang membisu seribu bahasa...
Keadilan Dunia tidaklah kekal, keindahan Dunia tidaklah abadi, dan manusia hanyalah menunggu waktu...
Hingga jiwa jiwa sucipun meninggalkan jasad jasad yg pasti membusuk ketika tertanam di dalam Barzah kelak, hingga suatu saat nanti hari Kebangkitan tiba setelah akhir zaman.
Barakallohu untuk kita semua yang selalu mengingat Sang Maha Pencipta.
Comments
Post a Comment