Skip to main content

*dan warna warni senja itupun menghilang*

Angin yg berhembus menerpa daun daun hingga daun daun itupun bergerak sendu...
Sayup terdengar suara bising itu mulai meredup ketika petang mulai menampakan jingga menuju senja...
anak anak kecil dipanggil oleh Ibunya untuk segera meneduh digubuk gubuknya...
Menghiraukan mitos mitos antara ada dan tiada...
Awan awan yang berubah warna karena sinar sang Surya kian menundukkan kebanggaannya menunduk dikesejukan tirai tirai keindahan corak hidup dunia yang sesungguhnya...

Disudut jalan sana ada yang tertunduk dan merenung lalu menengadahkan wajah menatap semu langit langit cerah yang memang tak peduli akan nasib nasib mahluk cipta-Nya...
Mereka sesekali memaki, dan sesekali berdoa...

Tak dipungkiri, kehidupan memang seperti menari dan bernyanyi dalam kesedihan...
Kehidupan mencoba menghibur atas kehadiran wajah wajah sunyi senyap yg enggan berbicara karena keadaan didalam ketidak pastian...

Ketika terlintas kehadiran-Nya dalam benak hati, manusia manusia itu perlahan mencoba tuk tersenyum, dalam setitik keyakinan bahwa masih ada hari esok untuk kita mencapai kebahagiaan...
Sirnalah sunyi senyap diwajahnya, dan manusia itupun kembali kepada keluarganya ketika Matahari menghilang di ufuk barat, bersama warna warni senja yang merona...

Diantara orang orang yg sabar, Inshaa Allah selalu ada jalan kebaikan jika kita ikhlas menjalani perjalanan hidup yg terus mengalir hingga jasad dan ruh terpisah nanti sesuai takdir...
Lalu tersenyumlah wahai orang orang diberkati-Nya ketika melihat sisi baik dihari kebangkitan nanti di Yaumil akhir...

Allahumma Sholli Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad

Comments

Popular posts from this blog

Dalam sebuah perjalanan di Gunung Papandayan Ba'da kelar SMA 1997' silam. :). mengenang Alm.Darwin

*Ext.Pagi Dinihari jam 02:30 Dinihari di Terminal Garut. kami berlima turun dari Bis yang mengantar kami dari terminal Kampung Rambutan dari sejak sore hingga sampai ke Terminal Garut pagi-pagi buta Pukul 02:30, aku Erick Maulana, my best friends Darwin (alm), Aphet Trujillo, Keke, dan sikampret Aco Macho, turun dengan wajah masih setengah sadar karena mengantuk. ketika didepan terminal seperti biasa kami mengecek alat-alat bawaan, Aco Macho tampak celingukan lalu memandang Keke. Aco Macho: " (memandang Keke) Ke, gitar udeh dibawa belum?" Keke: " Oh iye, Co, gw lupa beneran dehc!" Aco Macho: "(sambil nyengir cengengesan) si beg* :D , gitar pake acara ketinggalan diBis, (sambil berdiri memandang Bis yang baru diparkir) ayo, Ke... kita ambil ke bis! Erick Maulana: " (nyengir) tau luh, Ke... gitar abang gw tuh, gw minjem sama die ampe matanya melotot, tapi akhirnye dipinjemin juga tuh gitar, ambil cepetan, Ke, Co!" Aphet Tru

Beserah bukan Menyerah*

*Beserah bukan Menyerah* Deburan ombak... Angin yg berdesir... Matahari senja yg sedikit tertutup awan... Kemilau di antara langit jingga... Dan bayangan seorang wanita yang berdiri ditepi laut terhanyut dalam renung... Dibawah pohon beralaskan pasir putih, kududuk sambil memandang lautan sunyi... Ahk... Benar benar sepi... aku tak tahu apa lagi yang harus lakukan tuk meyakinkan diri ini... agar tak hanya berdiri di atas duka dan dibawah duri yang melukai... Kilauan cahaya mentari menembus disela awan... aku memalingkan wajahku... Ranting kering itupun hanyut ditarik ombak lalu sang ombak menghempas kuat hingga ranting itupun kembali kedaratan... suasana menjadi kosong dan hampa... kehidupan membuatku semakin ingin berhenti berfikir saat ini.... diam bungkam membisu... tatapanku diujung lautan luas yang hampa... suara deburan ombak itu seperti dentuman bom yang menghajar isi kepalaku... lalu ku pejamkan mata dan rebah kepalaku di atas pasir putih... mata yang terpejam ini enggan tuk me

* WARNA DUNIA DARI MASA KE MASA *

setiap langkah kehidupan adalah nyata... ketika terjadi kadang seperti mimpi... masa lalu terasa sangat dekat... dan masa depan terasa sangat jauh... pada suatu masa aku melihat ribuan orang berteriak keadilan diatas mimbar beralaskan mobil pick up terbuka... wajahnya merah diantara menahan marah atau kepanasan karena sengatan matahari yang terik panas saat itu... hatinya berkobar kobar terlihat dari cara bicaranya yang keras... jiwanya meronta-ronta ketika terasa memang harus mengeluarkan segala masalah yang menggangu bathin dan hidupnya beserta suatu kaum yang tertindas... namun semuanya pupus terhalang tembok berpagar kawat dan hempasan air yang mendorong tubuh tubuh tanpa daya, bahkan terhujam oleh peluru peluru yang mengeluarkan asap pedas dimata... ya, mereka sedih... ya, mereka berduka karena merasa terbuang dan terbungkam oleh tirani yang sedang mabuk dunia... lalu terlihat mereka meluruskan kakinya dan menyenderkan tubuh dan kepalanya pada sebuah tembok sambil mengusap keringa