Skip to main content

* Seorang Pria disaat senja dan Gulma yang dirindukan*

terhempas dalam hening...
disaat surya mulai menutup hari...
sejuk angin pegunungan mendesir menerpa wajah dan tubuh seorang pria yang kian rapuh...
usia tak lagi muda...
namun dirinya tak pernah memperlihatkan kerapuhannya...
tetap berusaha berdiri tegar...
terus menatap dan meraih asa didepannya yang kian mendekati ujung senja...

di atas puncak gunung itu seorang pria setengah baya bungkam seribu bahasa...
terkadang menundukan kepala dengan arah tatapan mata tepat di tanah yang dipijaknya...
sesaat dia bergumam...
"ketika diujung senja, aku akan terkubur didalam tanah ciptaan-Mu dengan tubuh dingin membeku yang hanya berlapiskan kafan, tiada yang kubawa kecuali kebaikan dan keburukanku, dan hanya kepada-Mu ya, Rabb... hamba-Mu ini berserah diri dan kembali." pria itu mendesah dan berkata,"AllahuAkbar!"


gulma gulma yang indah yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh kehidupan menghiasi bukit-bukit hijau yang berundak, di ujungnya ada bias sinar surya yang hampir tenggelam, dan gulma gulma itu seperti tersenyum walau tak pernah dikehendaki... 
gulma gulma pengganggu yang kadang dirindukan...
pemanis kehidupan yang fana...
biarkanlah mereka tumbuh lalu menghilang sendiri walau harus tumbuh lagi...
karena pada akhirnya semua akan kembali keharibaan Sang Maha Pencipta... 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dalam sebuah perjalanan di Gunung Papandayan Ba'da kelar SMA 1997' silam. :). mengenang Alm.Darwin

*Ext.Pagi Dinihari jam 02:30 Dinihari di Terminal Garut. kami berlima turun dari Bis yang mengantar kami dari terminal Kampung Rambutan dari sejak sore hingga sampai ke Terminal Garut pagi-pagi buta Pukul 02:30, aku Erick Maulana, my best friends Darwin (alm), Aphet Trujillo, Keke, dan sikampret Aco Macho, turun dengan wajah masih setengah sadar karena mengantuk. ketika didepan terminal seperti biasa kami mengecek alat-alat bawaan, Aco Macho tampak celingukan lalu memandang Keke. Aco Macho: " (memandang Keke) Ke, gitar udeh dibawa belum?" Keke: " Oh iye, Co, gw lupa beneran dehc!" Aco Macho: "(sambil nyengir cengengesan) si beg* :D , gitar pake acara ketinggalan diBis, (sambil berdiri memandang Bis yang baru diparkir) ayo, Ke... kita ambil ke bis! Erick Maulana: " (nyengir) tau luh, Ke... gitar abang gw tuh, gw minjem sama die ampe matanya melotot, tapi akhirnye dipinjemin juga tuh gitar, ambil cepetan, Ke, Co!" Aphet Tru

Beserah bukan Menyerah*

*Beserah bukan Menyerah* Deburan ombak... Angin yg berdesir... Matahari senja yg sedikit tertutup awan... Kemilau di antara langit jingga... Dan bayangan seorang wanita yang berdiri ditepi laut terhanyut dalam renung... Dibawah pohon beralaskan pasir putih, kududuk sambil memandang lautan sunyi... Ahk... Benar benar sepi... aku tak tahu apa lagi yang harus lakukan tuk meyakinkan diri ini... agar tak hanya berdiri di atas duka dan dibawah duri yang melukai... Kilauan cahaya mentari menembus disela awan... aku memalingkan wajahku... Ranting kering itupun hanyut ditarik ombak lalu sang ombak menghempas kuat hingga ranting itupun kembali kedaratan... suasana menjadi kosong dan hampa... kehidupan membuatku semakin ingin berhenti berfikir saat ini.... diam bungkam membisu... tatapanku diujung lautan luas yang hampa... suara deburan ombak itu seperti dentuman bom yang menghajar isi kepalaku... lalu ku pejamkan mata dan rebah kepalaku di atas pasir putih... mata yang terpejam ini enggan tuk me

* WARNA DUNIA DARI MASA KE MASA *

setiap langkah kehidupan adalah nyata... ketika terjadi kadang seperti mimpi... masa lalu terasa sangat dekat... dan masa depan terasa sangat jauh... pada suatu masa aku melihat ribuan orang berteriak keadilan diatas mimbar beralaskan mobil pick up terbuka... wajahnya merah diantara menahan marah atau kepanasan karena sengatan matahari yang terik panas saat itu... hatinya berkobar kobar terlihat dari cara bicaranya yang keras... jiwanya meronta-ronta ketika terasa memang harus mengeluarkan segala masalah yang menggangu bathin dan hidupnya beserta suatu kaum yang tertindas... namun semuanya pupus terhalang tembok berpagar kawat dan hempasan air yang mendorong tubuh tubuh tanpa daya, bahkan terhujam oleh peluru peluru yang mengeluarkan asap pedas dimata... ya, mereka sedih... ya, mereka berduka karena merasa terbuang dan terbungkam oleh tirani yang sedang mabuk dunia... lalu terlihat mereka meluruskan kakinya dan menyenderkan tubuh dan kepalanya pada sebuah tembok sambil mengusap keringa